Widget HTML #1

Zuck Linn #28: Perjuangan Rein

Novel Komedi online pdf


#28 Perjuangan Rein

Jam istirahat, Linn memisahkan diri dari Yonah dan Dewik. Biasanya ia ke kantin bareng mereka, namun kali ini dengan langkah tergesa ia mendatangi kelas 3 IPA B, kelasnya Rein.

"Rein..." Linn memanggil pelan.

Rein tampak sedikit tidak percaya. Tumben-tumbennya Linn berkunjung ke kelasnya. "Ada apa, Linn?"

Linn menduduki bangku di sebelah Rein. Kebetulan di kelas itu cuma tersisa mereka berdua. Yang lain sudah di luar memanfaatkan jam istirahat yang diberikan pemerintah. Rein tadinya juga ingin keluar, tapi melihat Linn sedang membutuhkannya, Rein rela mengorbankan jam istirahatnya tersebut demi Linn.

"Rein kamu kan pernah bilang kamu vokalis band. Aku pengen tanya, emangnya bener kalau anak band itu nggak boleh pacaran?"

"Ya bolehlah. Kenapa nggak boleh?" Rein balas bertanya heran.

"Enggak apa-apa. Pernah ada yang bilang, katanya demi kesuksesan band, semua personilnya dilarang punya pacar."

"Hahaha ngaco aja! Aku baru dengar ada band yang alirannya kayak gitu. Anak band malah sering dituduh suka gonta ganti pacar, padahal nggak semua. Contohnya aku," jelas Rein tersenyum narsis.



Linn balas tersenyum. Ia setuju dengan pendapat Rein. Anak band rata-rata digandrungi cewek-cewek, sehingga banyak yang terjerumus menjadi playboy. Berarti yang Zuck katakan, bahwa band-nya melarang personilnya punya pacar pasti cuma alasan fiktif! Biar terbebas dari kewajiban ngapel! Biar bebas nonton bola atau apa! Linn bertambah kesal.

"Tadi udah senyum-senyum, kok sekarang tiba-tiba kesel?" tanya Rein memperhatikan perubahan wajah Linn.

"Masa sih, Rein? Yaudah aku senyum lagi nih," Linn memamerkan senyum kebanggaannya di hadapan Rein.

Rein tertawa melihat tingkah Linn.

"Cie... Gitu dong senyum, dari kemarin-kemarin cemberut terus," goda Yonah tiba-tiba dari luar kelas. Ia dan Dewik kebetulan lewat habis dari kantin, dan sedang menempuh perjalanan kembali ke kelas. Saat melihat Rein dan Linn berduaan di kelas yang kosong, ia tidak tahan untuk menggoda mereka.

"Pantesan tadi buru-buru keluar, kirain mau ke kantin duluan," lanjut Yonah.

Linn tampak sedikit kalang kabut. "Apaan sih, Yonah. Orang aku cuma tanya-tanya masalah band."

"Linn nanya, emang anak band nggak boleh pacaran? Kujawab, ya bolehlah. Kalau nggak percaya coba aja jadian sama aku," sahut Rein sambil tertawa.

"Ih, Rein, nambah-nambahin deh," Linn menyerang Rein dengan pukulan-pukulan di pundak.

"Kamu emang nanya gitu kan tadi?" Rein menangkap salah satu tangan Linn yang masih memukuli pundaknya, digenggamnya erat, ditatapnya Linn lekat-lekat.

"Lepasin ih," Linn menarik paksa tangannya, lalu menggeser duduknya menjauhi Rein.

"Duilee. Nggak usah pura-pura menjauh kalau sebenarnya butuh. Kalian cocok kok. Ya nggak, Wik?"

Dewik cuma tersenyum. Senyum terpaksa.

"Yaudah terusin," kata Yonah sebelum kemudian melanjutkan perjalanan. Bagaimanapun juga, ia lebih mendukung Linn jadian sama Rein. Biar Linn bisa melupakan Zuck.

Ilustrasi Gambar cowok keren dan gaul

--~=00=~--

Malam harinya.

"Linn, aku udah bareng Dewik nih. Kita nonton Stand Up Comedy yuk," ajak Yonah via telepon. Dewik baru saja datang ke rumahnya mengajak nonton Stand Up di Andalas Cafe. Dan sekarang gilirannya mengajak Linn.

"Aku lagi nggak mood ke mana-mana. Kamu nonton aja sama Dewik," Linn ternyata tidak ingin ikut.

Beberapa saat Yonah terdiam kecewa. "Kalau kamu enggak, aku sama Dewik juga enggak deh."

"Hai jangan gitu dong!"

"Kurang seru kalau nggak ada kamu."

"Nggak apa-apa kok kalian berdua nonton."

"Apa kamu mau malam mingguan sama Rein? Tadi siang kayaknya makin dekat?"

"Dih, Yonah! Enggaaaak! Ngapain malam mingguan sama dia? Nggak penting banget! Aku lagi di kamar nih. Sumpah!" cerocos Linn meyakinkan. Ia terdengar tidak suka Yonah masih saja seolah-olah menyuruhnya jadian sama Rein.



"Kamu nggak apa-apa kan, Linn?"

"Nggak apa-apa. Emang kenapa?"

"Kalau ada apa-apa cerita ke aku."

"Nggak ada apa-apa kok."

"Beneran nggak ada apa-apa?"

"Iya nggak ada apa-apa."

"Yaudah kalau nggak ada apa-apa," kata Yonah mengakhiri pembicaraan.

"Ada apa sih kok nggak ada apa-apa nggak ada apa-apa?" Dewik bingung.

"Dia nggak mau," lapor Yonah.

"Akhir-akhir ini dia seperti nyembunyiin sesuatu," Dewik menyimpulkan.

Yonah menggeleng, "Entahlah."

"Kalau Linn nggak mau, kita nonton berdua aja gimana?" usul Dewik.

Yonah memandang Dewik, mempertimbangkan ajakannya barusan. Sudah terbiasa bertiga, bagaimana pun juga tetap kurang seru jika kurang satu.

"Dari pada di rumah boring gini?" desak Dewik.

--~=00=~--

Posting Komentar untuk "Zuck Linn #28: Perjuangan Rein"