Widget HTML #1

Rasanya Jadi Penggemar Manchester United Setelah Era Sir Alex Ferguson

Sebagai penggila bola yang kebetulan ditakdirkan menjadi penggemar setia Manchester United (MU), emosi saya benar-benar campur aduk semenjak klub berjuluk Setan Merah itu tidak lagi dilatih oleh Sir Alex Ferguson. Sesekali masih ada perasaan bangga, terkadang juga masih optimis. Namun yang lebih sering adalah rasa jengkel, bahkan diam-diam rasanya malu menjadi fans klub sebesar MU di beberapa tahun terakhir ini.

Stadion Old Trafford Markasklub Setan Merah atau Manchester United

Saya menyukai Manchester United sejak SMP dan itu adalah di akhir tahun 90-an. Jujur saja, penyebab saya begitu menggemari MU karena saat itu klub asal kota Manchester tersebut rajin menang dan juga sering meraih trofi juara dari kompetisi-kompetisi yang diikutinya. Rasanya sangat menyenangkan menonton tim kesayangan memenangkan pertandingan. Juga ikut merasa bangga dan bahagia setiap melihat para pemain berhasil mengangkat trofi.

Apalagi di awal-awal saya menyukai Manchester United, tepatnya di musim kompetisi 1998/99, MU sukses meraih Treble Winner atau meraih 3 piala mayor sekaligus dalam satu musim; menjadi kampiun English Primer League (EPL), memenangkan FA Cup dan menjuarai Liga Champions! Wah kala itu rasanya benar-benar bangga yang tak terlukiskan. Membuat saya semakin ngefans dengan klub yang bermarkas di Old Trafford tersebut.

Prestasi luar biasa itu tentu tak lepas dari peran Sir Alex Ferguson sebagai pelatih yang mampu meracik tim yang mumpuni di musim itu. Di musim-musim selanjutnya di bawah kepelatihan Fergie, Manchester United masih beberapa kali menjuarai Primer League, tiga kali masuk final liga Champions walau hanya sekali yang berhasil menjadi juara. Dan saya tetap merasa bangga sebagai pendukungnya.

Sayangnya di tahun 2013, setelah berhasil mengantarkan Manchester United menjuarai liga primer musim 2012/13, Sir Alex Ferguson mundur dari kursi kepelatihan. Nah, sejak saat itulah perasaan saya kepada MU sudah tidak sama lagi. Tetap jadi pendukung setia. Tapi rasa gembira dan bangga sudah jarang muncul.

Bagaimana tidak? Sejak tidak dilatih Sir Alex Ferguson, Manchester United benar-benar berubah menjadi klub yang biasa saja bahkan bisa dibilang tim bapuk! Kedigdayaan The Red Devils seperti hanya tinggal sejarah. Sudah tidak pernah lagi juara Liga Primer Inggris. Paling banter jadi runner-up, itupun hanya dua kali. Sementara di Liga Champions, alih-alih masuk final apalagi juara, untuk bisa lolos dan ikut kompetisi tersebut saja sering kesulitan. Malah sempat beberapa kali tidak bisa berpartisipasi akibat di liga domestik finis di luar empat besar. Sesuatu yang sepertinya mustahil terjadi di masa kejayaan Fergie.

Beberapa pelatih silih berganti didatangkan untuk menggantikan Alex Ferguson. Akan tetapi belum ada yang benar-benar membuat para penggemar MU puas dengan kinerjanya.

Pertama David Moyes, yang mana Sir Alex Ferguson sendiri ikut merekomendasikan pelatih tersebut untuk menggantikannya. Di awal musim, David Moyes sempat mempersembahkan gelar Community Shield. Namun selanjutnya, justru hasil buruk yang sering didapat MUFC. Hingga akhirnya David Moyes didepak dari kursi kepelatihan setelah hanya 10 bulan saja menukangi klub.

Kemudian Ryan Giggs diangkat sebagai pelatih karateker atau sementara, sebelum akhirnya Louis van Gaal didatangkan untuk menjabat sebagai pelatih kepala. Manajer asal Belanda tersebut sebenarnya berhasil mempersembahkan titel piala FA di tahun 2016, namun karena masih saja sering mengalami kekalahan, akhirnya Louis van Gaal juga diberhentikan dari jabatannya.

Pelatih selanjutnya adalah Jose Mourinho. Saya pribadi sempat optimis ketika Mou datang ke Manchester United. Pasalnya saya termasuk fans pelatih yang dulunya terkenal dengan sebutan The Special One tersebut. Apalagi kemudian di musim pertama Mou melatih, MU sukses merengkuh tiga gelar sekaligus! Community Shield, Piala Liga Inggris (Carabao Cup), dan juara Liga Europa.

Sialnya pada musim selanjutnya, MU justru tidak memenangkan piala apapun alias puasa gelar. Prestasi yang didapat hanyalah berhasil finis di posisi kedua Premier League.

Memasuki musim ketiga, Mou dikabarkan berselisih dengan beberapa pemain MU. Ditambah lagi banyak yang tidak menyukai gaya permainan pragmatis yang diterapkan Mourinho. Akhirnya Mou didepak dari kursi manajer, dan digantikan oleh Ole Gunnar Solskjaer sebagai karateker.

Sama seperti ketika Jose Mourinho baru datang, di awal-awal Ole melatih MU saya juga merasa sangat optimis. Ole adalah legenda Manchester United, salah satu mantan pemain yang dulu ikut mengantarkan MU meraup Treble Winners. Dan yang membuat sangat optimis, Ole berhasil mengembalikan DNA MU sebagai tim yang menyerang, setelah sebelumnya di bawah asuhan Mourinho sempat menjadi tim bertahan alias parkir bus. Apalagi di beberapa pertandingan awal, Ole langsung berhasil mencatatkan kemenangan beruntun. Jelas saya melihatnya waktu itu sebagai sebuah harapan. MU akan kembali meraih kejayaan seperti di era Alex Ferguson.

Namun harapan itu ternyata hanyalah tinggal harapan. Ole Gunnar Solskjaer nyatanya hanyalah pelatih PHP. Setelah statusnya dinaikkan menjadi pelatih tetap, Pasukan Setan Merah justru sering tampil tidak konsisten. Bahkan selama tiga tahun menukangi MUFC, Ole tidak pernah mempersembahkan trofi apapun. Ujungnya ia bernasib sama seperti pengganti Sir Alex sebelum-sebelumnya, dipecat karena gagal memimpin klub.

Selanjutnya Michael Carrick yang sebelumnya merupakan asisten pelatih Ole, ditugaskan menjadi pelatih sementara. Namun setelah hanya memimpin tiga pertandingan, Carrick mengundurkan diri. Sebagai penggantinya, Manchester United mendatangkan Ralf Rangnick untuk menjadi pelatih interim klub dari pertengahan hingga akhir musim 2021/22. Tak ada hal yang istimewa ataupun menggembirakan di masa kepelatihan Ralf Rangnick yang begitu singkat ini.

Dan sekarang, sudah hampir semusim Manchester United dilatih oleh Erik ten Hag. Sejak awal saya tidak lagi memasang harapan yang tinggi kepada mantan pelatih Ajax Amsterdam ini, mengingat dulu asa saya sempat melambung tinggi ketika Mou dan Ole mulai melatih MU, namun nyatanya justru berakhir sangat mengecewakan.

Meskipun beberapa waktu lalu Erik ten Hag berhasil mengantarkan MU mengakhiri puasa gelar dengan meraih Carabao Cup, setelah 6 tahun sebelumnya tanpa trofi apapun, namun menurut saya pasukan Setan Merah masih kerap tampil sangat mengecewakan. Misalnya dihajar kekalahan 7 - 0 dari Liverpool di Liga Primer, lalu disingkirkan Sevilla di Liga Europa. Dan jika di final FA Cup pada 2 Juni 2023 nanti MU juga kalah melawan Manchester City, sepertinya memang tidak perlu berharap banyak kepada juru taktik asal Belanda tersebut.

Tapi biar bagaimanapun juga, sebagai pendukung setia, saya tetap berharap Erik bisa membawa Man United tampil habis-habisan dan bisa mengalahkan Man City di laga puncak FA Cup nanti. Pasalnya tinggal itu satu-satunya kesempatan MU meraih piala di musim ini. Dan mudah-mudahan di musim-musim selanjutnya, bersama Erik ten Hag, Manchester United bisa memenangkan lebih banyak gelar bergengsi dan kembali menjadi klub yang hebat seperti pada era Sir Alex Ferguson.

Untuk itu Erik harus memperbaiki skuad dengan membangun tim yang lebih kompetitif menghadapi musim baru 2023/24 nanti. Langkah pertama tentu dengan menjual pemain-pemain yang minim kontribusi atau yang tidak cocok dengan skema permainan yang diterapkannya. Lalu mendatangkan pemain-pemain yang lebih berkualitas, memiliki skill yang baik, serta sesuai dengan rencana dan strateginya.

Saat ini, sejumlah pemain dikabarkan tengah dibidik Man United untuk memperkuat tim di musim panas 2023 nanti. Kebetulan saya terus mengikuti perkembangan bursa transfer pemain lewat Berita Bola Goal. Di sana, bukan hanya informasi jadwal dan highlight pertandingan saja yang disajikan, info-info terbaru seputar bursa transfer pemain di berbagai klub elit liga-liga Eropa juga diulas secara lengkap. Termasuk kabar pemain-pemain yang akan direkrut Manchester United.

Harry Kane, Victor Osimhen, Mohammed Kudus, Joao Palhinha, Goncalo Ramos dan Jude Bellingham adalah beberapa nama yang dikabarkan tengah diincar Man United. Mudah-mudahan rencana transfer tersebut benar-benar terwujud. Mengingat di musim depan, selain tim-tim kuat yang selama ini sudah terkenal dengan sebutan Big Six Premier League (Arsenal, Manchester City, Chelsea, Tottenham Hotspur, Liverpool), juga ada Newcastle United yang saat ini telah menjelma menjadi kekuatan baru di EPL. Tentunya perburuan gelar dipastikan akan semakin ketat dan sengit!

Selain itu, di musim depan MU kemungkinan besar juga akan bertanding di Liga Champions (UCL). Jika tidak melakukan perombakan skuad secara signifikan, dapat dipastikan tim Setan Merah akan sulit untuk melangkah jauh di kompetisi kelas atas klub-klub Eropa tersebut.

Posting Komentar untuk "Rasanya Jadi Penggemar Manchester United Setelah Era Sir Alex Ferguson"