Widget HTML #1

Zuck Linn #14: Mengejar Kepastian

Zuck Linn


#14 Mengejar Kepastian

"Apa nih jawabannya?"  tanya Zuck pagi-pagi sudah menelepon Linn menuntut jawaban.

Pagi itu Linn baru saja sampai di sekolah. Linn menduga, Zuck menelepon juga sudah dari kampus, di sekitarnya terdengar mahasiswa-mahasiswa sedang membahas rencana demonstrasi menuntut diturunkannya harga makanan kantin.

"Masa jawabnya via telepon gini. Nggak sakral. Ntar malam aja ketemu langsung. Kebetulan banget ntar malam malam minggu?"

"Masa ketunda lagi sih? Trus ntar kalau ketemuan di mana?"

"Terserah di mana aja aku ngikut. Yang penting di Taman Kota. Jam delapan ya, Mas?"

"Oke jam delapan. Jangan diulur-ulur lagi. Eh tapi nanti kamu terima aku kan?"

"Do'ain."

"Do'ain? Okay. Bentar, ya," Lalu terdengar Zuck berbicara kepada teman-temannya, "Kawan-kawan seperjuangan! Saya mau berdo'a, bisa bantu aminkan?"

Linn mendengar ada beberapa orang menjawab; "Bisa!"

Dan Zuck pun mulai berdo'a, "Ya Tuhan. Jika Alinna Bilqis Quinova tercipta untukku, dekatkan lah dia disisiku. Tapi jika ternyata dia tercipta bukan untukku, terima lah dia disisiMu..."

"Hahaha!"

"Barusan aku udah do'ain."

"Tapi gak gitu juga, Maaas! Serem!" seru Linn geram banget.

"Trus gimana?"

"Ya Tuhan, semoga nanti malam Alinna Bilqis Quinova menerima Dani Zuckici. Gitu!" Linn memberi contoh.

"Aamiin," Zuck malah mengaminkan.

"Mhihihi..."

"Ya Tuhan, semoga nanti malam Alinna Bilqis Quinova menerima Dani Zuckici. Gitu!" Zuck akhirnya berdoa sesuai ajaran Linn.

"Aamiiiiin," Linn mengaminkan keras-keras.

"Apakah ini secara nggak langsung kamu sudah menjawab 'iya'?"

"Belum! Belum, Mas. Pokoknya jawabannya ntar malam," tegas Linn sengaja membuat Zuck penasaran.

"Kasih bocorannya dong?"

"Jangan dong. Nanti jadi nggak seru lagi kalau kamu tau jawabannya 'iya' gitu..."

"Pelit banget. Kalau nggak kasih clue-nya aja."

"Yaudah aku kasih clue-nya. Dengerin ya, Mas. Huruf awalnya I, huruf terakhirnya A."

"Iwak nila?" tebak Zuck langsung.

"Bukan! Apaan sih ngawur aja!"

"Iguana?!"

"Bukan!"

"Ispa, ispa?!"

"Bukan, Mas. Cuma 3 huruf kok."

"Oh IPA?!"

"Bukaaaan! Hiiih!"

"Salah mulu?"

"Huruf tengahnya Y!"

"3 huruf. Huruf pertama I, huruf terakhir A, huruf tengahnya Y. Hmm... Apa ya? Nyerah deh."

"Arrhh dasar bodoh!" pekik Linn emosi banget. Di benaknya malah sudah terbayang ia sedang membanting-banting HP ke ubin.

"Hahaha... Alhamdulillah. Akhirnya kamu tau juga kalau aku bodoh."



Linn tak lagi merespon. Perhatiannya sedang teralih kepada Yonah yang baru tiba di parkiran berbocengan dengan Dewik.

"Linn. Ada waktu bentar nggak? Ada yang mau aku omongin," kata Yonah dari atas motor tanpa mematikan mesinnya terlebih dahulu.

"Udahan ya, Mas. Yonah dan Dewik datang. Kami mau ke kelas. Oh ya, jangan lupa nanti jam delapan. Di Taman Kota," pamit Linn menutup telepon.

Ilustrasi Gambar Cewek Rajin Belajar Masa depan cerah

--~=00=~--

Tapi ternyata bukan ke kelas, Yonah menyepikan Linn dan Dewik di belakang perpustakaan.

"Ngapain kita ke sini?" Dewik tak mengerti.

"Ada penting dikit sama Linn, tapi kamu juga musti di sini sebagai saksi," jelas Yonah kepada Dewik.

Dewik menoleh ke arah Linn, diikuti Yonah yang menatap Linn serius. "Linn. Ini tentang Mas Zuck."

Ada sedikit debaran dalam dada Linn, meski hanya mendengar nama itu disebut. "Mas Zuck kenapa?"

"Dia suka sama kamu!"

Linn bengong sepersekian detik. Debaran di dadanya kian menjadi.



"Masa sih?" Dewik yang menyahut tak percaya.
"Iya. Tiap ngobrol sama aku nih ya, bentar-bentar yang diomongin Linn. Katanya kalau lagi sama Linn, dia amnesia, bahagia sampai lupa diri."

"Duh, Mas Zuck, udah kayak ibu-ibu komplek. Ngomongin orang itu kan gak baik," Linn sok ngelantur, meredam detak jantungnya yang semakin di atas normal.

"Cie kayaknya bakal ada peningkatan status nih. Dari yang sebatas teman, menjadi kakak, kakak ipar," goda Dewik.

"Dewik apaan sih?" Linn tersipu, memukul pelan lengan Dewik. Kalau Zuck sudah menceritakan rasa cintanya kepada orang lain, terlebih itu ke keluarganya sendiri, berarti tidak diragukan lagi Zuck benar-benar menyukainya. Hati Linn kian berbunga, tidak sabar menunggu jam delapan malam, di Taman Kota.

Yonah menarik nafas berat. Sebenarnya ada hal lain yang ingin ia sampaikan kepada Linn dan Dewik, akan tetapi masih bingung bagaimana memulainya.

--~=00=~--

Posting Komentar untuk "Zuck Linn #14: Mengejar Kepastian"