Widget HTML #1

Zuck Linn #22: Kewajiban Ngeband!



#22 Kewajiban Ngeband!

Semenjak peristiwa di restoran malam itu, Zuck dan Linn lebih hati-hati jika ingin bertemu. Sebisa mungkin menghindari tempat-tempat yang berpotensi kepergok Yonah ataupun Dewik. Seperti sabtu petang ini, Zuck mengajak Linn ketemuan di lantai 4 kampusnya.

Lantai 4 tersebut sekaligus atap bagi kampus. Jika siang panasnya bisa sangat mencekam, tapi kalau sore-sore atau malam hari, cukup memadai dijadikan tempat nongkrong-nongkrong memantau lalu-lintas kota Pekanbaru, sambil menikmati indahnya kelap-kelip lampu sein.

"Scandiva ini siapa sih? Giat banget komen di status kamu," tanya Linn yang sedang melihat-lihat dinding Facebook Zuck.

"Nggak kenal kok. Berteman di Facebook juga belum lama."

"Kalau dia komen, kamu jangan terlalu ngeladenin gini dong, Mas. Aku nggak suka!" kata Linn sambil cemberut.

"Iya, Beb. Maaf. Besok-besok enggak lagi-lagi," sahut Zuck berjanji. Tadi siang ia memang sempat berbalas-balasan komen dengan Scandiva. Orangnya asyik kalau komen lucu, tidak asal komen kayak aktivis Facebook kebanyakan.

Linn menutup Facebook-nya, beralih memandang langit petang yang mulai memunculkan bintang-bintang.

"Mas Zuck bintangnya apa?"

"Kenapa tiba-tiba nanyain bintang?"

"Jangan bales nanya!"

Belum sempat Zuck menjawab, ada kiriman WhatsApp dari Jabon. Isinya cuma mengingatkan malam ini malam minggu, jangan lupa ngeband!



Zuck dongkol sendiri membaca pesan itu. Pertama, tanpa perlu dingatkan, Zuck sudah ingat sekarang malam minggu waktunya ngeband! Kedua, Zuck sebenarnya sangat ingin hingga malam nanti terus bersama Linn. Tapi bagaimana lagi, inilah resiko pacaran sembunyi-sembunyi yang harus ia terima.

"Pulang yuk, Sayang. Kampusnya kayaknya udah mau tutup," ajak Zuck tiba-tiba.

"Ditanyain bintang gitu aja malah ngajak pulang. Emang nggak sekalian malam mingguan?"

"Ya masa malam mingguan masih gini? Ganti penampilan dululah. Mandi, ganti baju, pakai minyak rambut, operasi wajah...

"Jawab dulu bintangnya kamu apa?" potong Linn.

Ada rasa heran dalam benak Zuck, terhadap cewek-cewek yang percaya ramalan bintang, kemudian suka mencocok-cocokkan bintangnya dengan bintang cowoknya. Sebenarnya cowok juga banyak, tapi Zuck sudah tidak termasuk. Dulu waktu SMP memang sempat tersesat. Tiap beli majalah, yang dilihat pertama pasti rubrik horoskop, dan tentu saja ramalan zodiaknya yang dibaca duluan, setelah itu zodiak gebetannya. Zodiak-zodiak yang lain menjadi tidak penting. Sering memang yang diramalkan itu hampir sesuai kenyataan, tapi setelah Zuck mencoba membaca-baca zodiak yang lain, apa yang diramalkan untuk zodiak lain itu juga dialaminya. Zuck sempat stress. Sebenarnya dia salah bintang atau bagaimana?

Dan dulu Zuck pernah dirugikan secara materi gara-gara percaya bintang. Ceritanya dia tergoda ikutan ketik REG spasi Nama Bintang lalu kirim ke nomor tertentu. Zuck kecewa. Bukan karena ramalan untuknya jelek-jelek, melainkan SMS-SMS ramalan itu terus masuk meski Zuck sudah UNREG berulang kali. Setiap isi ulang, pulsanya langsung disedot tanpa izin. Zuck trauma sampai ganti kartu. Makanya sejak saat itu persetan dengan ramalan bintang!

"Pilihin dong yang bagus buat aku bintang apa?"

"Mana bisa gituuu!" Linn cemberut manja.

"Dulu waktu SMP bintangku Scorpio. Nggak tau kalau sekarang, mungkin RX-King."

Linn cemberut kuadrat.

Zuck tertawa sebentar, kemudian kepalanya mendongak ikut memandang langit. "Aku tuh sebenarnya nggak peduli bintangku scorpio, libra, kejora, bintang tujuh, bintang kelas. Bagiku, bisa menjadi bintang hatimu itu yang paling penting, Linn."

Linn tersenyum malu. "Yaudah ayo pulang saja."

Gebrack Band

--~=00=~--

Kuteriakan rasa
Lewat debu-debu di ujung sepatu
Tak mau lagi kumencintai cinta

Cinta itu menyakitiku
Suatu hari hampir mematikanku
Kerinduan tanpa tepi-tepi waktu
Menyiksa dalam tidur dan sadarku

Siang malam berakhir percuma
Ketika cinta yang kurasa
Dia cuma fatamorgana
Bagai jerat laba-laba
Tiada terbaca
Tapi perangkapnya nyata

Ku mau sendiri saja
Tanpa cinta ku mampu berdiri
Meniti hari berburu prestasi
Aku benci cinta...

So.. Lalilalii...
Oo.. Laolalaa...

Di sebuah studio musik murahan, Gebrack Band sedang asyik berlatih. Jabon sang gitaris yang sekaligus merangkap vokalis, lewat suaranya yang serak basah-basah dan pic control tidak terkontrol, tengah menyanyikan lagu 'anti cinta' ciptaannya sendiri. Diiringi hentakan periodik dari drum yang digebuk Zuck. Di posisi bass, Dade mempermainkan alat musiknya dengan betotan akurat. Sementara Woko yang juga memegang gitar, tidak kalah seru beraksi berjingkrak-jingkrak bahagia, berkhayal tengah berada di hingar bingar panggung konser, padahal justru mirip monyet dapat lemparan kacang.

Lima menit kemudian lagu berakhir.

"Makin hari makin kompak aja perform kita. Aku yakin suatu saat band kita akan menjadi sebuah band besar!" koar Jabon kepada kawanannya.

"Tapi sebaiknya kita segera nambah personil untuk posisi vokalis, pengganti Beno. Suara lu udah dangdut banget, Bon! Nggak pantes sama formasi baru band kita," sahut Dade mengeluarkan pendapat.

"Iya bener. Tadinya juga aku mau usul gitu, tapi males," Woko menimpali.



"Sebenarnya dari awal aku juga pengen usul itu, tapi aku kuatir kalian nggak setuju," celetuk Jabon. "Aku sendiri heran sama suaraku. Padahal kalau nyanyi sambil denger lagu pakai earphone, suaraku bagus banget. Asli! Tapi entah pas tanpa earphone, bisa hancur banget gini."

"Jadi gimana? Apa perlu kita adain audisi di 5 kota besar di Indonesia?" tanya Dade tanpa memperdulikan curhatan Jabon.

"Nggak perlu. Masing-masing kita sambil cari-cari aja, kalau ketemu yang suaranya ngerock, tawarin masuk ke band kita tanpa audisi," jawab Jabon.

Zuck tak sempat nimbrung, via chat WA ia sedang berjuang keras membujuk Linn yang sedang merajuk berat karena malam ini tidak diapeli.

--~=00=~--

Posting Komentar untuk "Zuck Linn #22: Kewajiban Ngeband!"