Widget HTML #1

Zuck Linn #26: Malam Minggu Paling Kelabu

Novel Wattpad terlaris


#26 Malam Minggu Paling Kelabu

Linn mulai tidak bisa mentolelir sikap Zuck yang tidak pernah menemuinya setiap malam minggu. Memang Zuck bisa menggantinya pada malam senin, malam selasa, malam jum'at atau bahkan malam satu suro. Tapi Linn tetap tidak puas. Sebab yang ia inginkan malam minggu. Lain tidak!

"Malam minggu nanti temen TK-ku ada yang ultah. Aku diundang. Temenin ya, Mas?" pinta Linn penuh harap.

Malam itu malam rabu, besoknya malam kamis. Malam minggu masih kurang beberapa hari, tapi Linn merasa perlu meminta sejak jauh hari.

"Nanti ketahuan Yonah gimana?"

"Gak mungkin. Ini temenku jaman balita. Yonah dan Dewik nggak diundang."

"Kenapa sih harus malam minggu?"

"Karena dia lahirnya tanggal 13 Agustus, dan tanggal 13 Agustus nanti itu hari sabtu malam minggu. Paham, Mas?" jelas Linn pelan namun penuh penekanan.

Zuck terdiam menyadari pertanyaan bodohnya. Andai tidak ada kewajiban kumpul bareng teman-teman ngebandnya, ia akan langsung mengiyakan ajakan Linn. Zuck yang sadar sudah diam-diam menghianati Gebrack, tak ingin menambah rasa bersalah dengan tidak hadir di tengah-tengah sahabat-sahabatnya pada tiap malam minggu.

"Kalau malam minggu aku nggak bisa, Beb. Mungkin kamu bakal marah, tapi aku memang benar-benar nggak bisa. Maafin aku."

Jawaban yang sudah Linn khawatirkan sebelumnya. Tapi meski sudah siap dengan jawaban itu, Linn tidak bisa menyembunyikan rona kecewa dari wajahnya.

"Pokoknya malam minggu nanti kalau nggak bisa nemenin, lebih baik kita puu...." kerongkongan Linn seakan tersumbat trisula, tak sanggup menuntaskan kalimatnya. Pikirannya berkecamuk bimbang.

"Puu... Pulang kampung?!" tebak Zuck.

"Embuh!" damprat Linn. Sikap Zuck yang masih saja mengajak becanda di saat situasi sedang serius, benar-benar membuatnya kesal.

Wajah Zuck tertunduk lunglai. Kalau mau, sebenarnya ia juga bisa kesal. Kesal dengan Jabon kenapa sok-sokan bikin aturan busuk melarang pacaran? Kesal dengan Linn kenapa tidak terima hanya karena tidak diapeli malam minggu? Kesal dengan Yonah kenapa sore tadi sayur jengkol di rumah dihabisin? Kesal dengan dirinya sendiri kenapa kesal?!

"Mas," panggil Linn mengusik kekesalan Zuck.

Zuck mengangkat wajah, kemudian menarik nafas dalam-dalam. Seekor remaja nyamuk yang sedang terbang rendah di depan wajah Zuck, nyaris terhisap ke dalam lubang hidungnya.

"Kalau seandainya kita putus, kamu mau gimana?" tanya Linn lirih dan ragu-ragu.

"Mau berusaha balikan sama mantan aku."

"Kan?!!" Linn langsung melotot galak. "Kamu sebenarnya memang gak sayang aku!"

Emosi Linn yang tadinya mulai stabil, sekarang kembali terobrak-abrik. Duduknya berputar memunggungi Zuck. Bibirnya mecucu. Pipinya gembung.

"Tapi serius kok aku mau balikan sama mantan aku. Kalau kamu mutusin aku, berarti mantan aku kan kamu, Sayang. Iya, nggak?"



Linn bergeming. Diliriknya Zuck dengan tatapan geram, cowok itu mengangkat alis dan coba memberikan senyuman terbaiknya. Tapi Linn justru kembali berpaling, tak tergoda sedikitpun dengan senyum Zuck. Jelek banget!

"Beb..."

Linn tak sudi menjawab.

"Bebi..."

"Nggak denger!"

"Oh. Pantesan nggak dijawab."

Linn kembali menghadap Zuck. Memandang cowok menyebalkan itu intens dan cukup lama. "Sebenarnya kenapa sih, Mas, selalu lebih mentingin band ketimbang aku?"

"Kamu lebih penting, Sayang. Kamu menempati posisi puncak dari segala prioritasku. Cuma memang tiap malam minggu aku harus berkumpul dengan teman-teman musisiku," Zuck coba menjelaskan.

"Kenapa sampai 'harus' gitu?"

"Nanti kalau kubilangin pasti kamu nggak percaya?"

"Percaya kok. Asal kamu ngomongnya jujur."

"Band aku punya aturan yang nggak ngebolehin personilnya pacaran. Sebagai bukti nggak punya pacar, tiap malam minggu kami harus berkumpul."

"Ah nggak percaya!"

"Tuh kan nggak percaya? Hiks! Aku nangis nih."

Malam Minggu kelabu dan galau

--~=00=~--

Feeling Zuck sejak sabtu sore tadi benar, malam ini malam minggu! Entah kenapa akhir-akhir ini Zuck merasa waktu begitu cepat bergulir. Seingatnya sepekan lalu sudah, sekarang kok tahu-tahu malam minggu lagi?! Huft! Zuck melenguh muak. Itu berarti waktunya kembali berboring ria di tempat pemotongan rambut Jabon.

"Jabon belum datang?" tanya Zuck saat baru tiba. Pintu salon masih tergembok dan di kursi teras cuma ada Dade dan Woko berpasangan dengan bayangan masing-masing.

"Belum," jawab Dade singkat.

"Aku BBM-in juga belum di-read," sahut Woko memberi keterangan tambahan.

Zuck turun dari motor dan menegakkan standar tengah, lalu duduk diam di jok boncengan.

Hingga beberapa menit ketiganya tak saling bicara seperti orang berseteru. Zuck diam pura-pura serius mengamati dinding salon yang catnya mulai luntur. Ia berpikir hunian ini lebih layak disebut panti jomblo, karena saban malam minggu menjadi pusat mangkalnya empat pemuda jomblo dari empat penjuru mata angin. Dade diam menatap kosong ke arah jemuran di rumah sebelah, apa yang ada dalam pikirannya hanya dia dan Tuhan yang tahu. Sementara Woko diam memikirkan kenapa kedua temannya diam?!

"Dengan vokalisnya tetap Jabon, menurut gue nama Gebrack udah gak cucok buat band kita," Dade membuka percakapan.

"Betul! Kenapa kita nggak coba pakai nama-nama warna? Siapa tau bisa bawa hoki. Kayak Ungu, Cokelat, Hijau Daun..." usul Zuck.

"Patut dicoba. Lu punya ide?"

"Gimana kalau 'Kuning Telur'?"

"Itu nggak patut!"

"Kalau... 'Ijo Luntur'. Patut nggak?" usul Zuck sekali lagi terinspirasi cat dinding tempat pangkas rambut Jabon.

"Apalagi itu!"

"Kalau nggak gini deh, dari nama-nama organ tubuh. Yang udah ada kan Gigi, Mata Band. Band kita, kita namain Kutil Band! Gimana menurut kamu?"

"Lu stress! Itu menurut gue!" vonis Dade jujur.

Zuck langsung terpekur. Setelah itu kembali hening, ketiganya seperti kehilangan selera berbicara. Semuanya sudah serba tak menarik. Garing!

"Kalau menurutku nama Gebrack udah pas. Vokalisnya yang memang perlu diperbarui. Udah gitu, peraturan larangan pacaran itu juga perlu ditinjau ulang. Kalau perlu sekalian saja dihilangkan," kali ini Woko angkat bicara.

Zuck dan Dade tampak terkesima dengan kata-kata Woko yang terakhir.

"Untuk vokalis, sebenarnya aku udah nemuin orang yang pas, tapi belum sempat kutawari," lanjut Woko.

"Maksudnya aturan larangan pacaran itu dihapus?" tanya Zuck yang lebih peduli dengan peninjauan kembali UU larangan punya pacar ketimbang persoalan vokalis. Ia sudah jijik dengan peraturan kentut itu.

"Iya. Dihapus."

"Bagusnya emang dihapus. Lagian nggak berdampak apa-apa, buktinya Gebrack Band masih gini-gini aja," Dade menimpali.

Mendengar aspirasi kedua temannya, Woko terlihat tersenyum dan mengangguk-angguk. "Siapa tau dengan punya pacar justru bisa jadi penyemangat, terus inspirasi berdatangan. Aku paham kok, kalian diam gak semangat gitu, karena tiap malam minggu terpaksa ngumpul ngejomblo gini. Sementara band juga nggak menunjukkan perkembangan berarti.

Zuck semakin terkesima. Woko saja, yang notabene seorang jomblo sejati dan tak terobsesi punya pacar, gerah dengan aturan larangan pacaran di Gebrack Band.



"Tumben-tumbenya kamu kepikiran menghapus aturan larangan pacaran?" Zuck bertanya heran.

"Kalau larangan pacaran itu udah nggak ada, aku kan bisa deketin adik kamu yang waktu itu kamu bawa ke warung bakso bapakku. Ntar bantu comblangin ya, Zuck? Cantik banget. Lesung pipinya itu, duh gusti..."

Zuck tergagap.

"Ada lesung pipinya? Adik Zuck yang mana?" Dade jadi penasaran.

"Katanya bukan adik kandung sih. Dia anaknya adik paman neneknya siapaaa gitu. Katanya."

"Eh, apa perlu peraturan itu kita hapus sekarang juga? Kalau iya, aku rela keluar modal nih buat beli tipe-x!" Zuck buru-buru membelokkan arah pembicaraan.

"Nggak bisa gitu. Keputusan tetap ada di mulut Jabon. Sebab dia pucuk pimpinan di sini," cegah Woko.

Sayangnya Jabon belum juga hadir tanpa keterangan yang jelas. Padahal jam sudah mendekati angka sembilan. Akhirnya suasana kembali hening, mirip kuburan di kampung-kampung.

"Kayaknya Jabon gak bakal datang. Aku mau pulang aja," kata Woko tiba-tiba.

"Aku juga," sahut Zuck membeo.

Sementara Dade, begitu mendengar perkataan Woko, tanpa ba bi bu ba bu langsung menghidupkan motor dan tancap gas pergi. Selisih 30 detik kemudian, Woko juga melakukan hal yang sama.

Tinggalah Zuck berdua bersama RX King-nya di tempat itu. Ia mencabut ponsel dari sarungnya, kemudian menelepon Linn mau mengabari bahwa dia mau datang. Sayangnya sudah tiga kali dihubungi, tak satupun yang Linn jawab. Batin Zuck bertanya-tanya tapi tetap berusaha berprasangka positif. Barangkali Linn sedang pipis atau sedang sibuk senam wajah.

Setelah 10 menit, Zuck kembali mencoba, tapi juga kembali tak membuahkan hasil. Zuck baru ingat, malam minggu ini teman TK Linn berpesta ulang tahun. Pasti Linn ada di sana, sedang asyik berdisko ria, tertawa-tawa, makan-makan, bahkan mungkin berkenalan dengan cowok-cowok lain yang lebih ganteng. Zuck gelisah sendiri. Perasaan cemburu dan curiga mulai merasuki pikirannya. Bahkan ia merasa dunia sudah tak adil, sementara ia sedang kesepian di depan salon, Linn sedang bergembira ria di tengah pesta.

Dicobanya tiga kali lagi menghungi ponsel Linn, tapi lagi-lagi tak satupun yang direspon. Zuck menyerah! Perasaannya semakin gusar. Di puncak kegusarannya, ia kirim pesan ucapan selamat untuk Linn:

'Selamat bersenang-senang!'

--~=00=~--

Posting Komentar untuk "Zuck Linn #26: Malam Minggu Paling Kelabu"