Widget HTML #1

Touring Sendirian Pakai Motor Jalur Lintas Barat Sumatera Hari Ke-3, Gagal Sampai Tujuan!

Melanjutkan cerita perjalanan solo touring jalur lintas barat (Jalinbar) Sumatera menggunakan sepeda motor Yamaha R15, yang saat ini sudah tiba di artikel part 3. Dan itu berarti, tulisan ini akan memamerkan bagaimana serunya road trip edisi hari ke-3, yang ternyata tidak kalah seru dengan riding hari pertama dan hari kedua, yang kisahnya telah aku angkat di dua postingan sebelumnya. Bagi yang ketinggalan episode sebelumnya, gak usah galau, langsung aja Klik Disini untuk membacanya!

Road Trip Motor Melintasi Jalinbar (Jalur Lintas Barat) Sumatera
Solo Touring Yamaha R15

Di touring lintas barat Sumatera episode hari ketiga ini, rencana saya finish di kota Painan, yang merupakan ibukota kabupaten Pesisir Selatan (Pesel), dan sudah berada provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Untuk start-nya tentu dari kota Bengkulu, kota di mana saya menginap di riding hari ke-2 kemarin. Jarak antara kota Bengkulu dengan kota Painan berdasarkan Google Map sekitar 450 kilometer.

Kekira jam tujuh waktu setempat, aku cabut meninggalkan penginapan di sudut kota Bengkulu. Dan sengaja gak lewat jalan provinsi lintas barat Sumatera yang berada di tengah kota. Aku ambil jalan di pinggiran kota karena sepanjang jalannya di tepi pantai. Lebih menyenangkan karena bisa sambil cuci mata nonton laut, dan pastinya relatif bebas macet.

Aku sempatkan juga mampir lagi ke Pantai Panjang Bengkulu. Pantai yang tadi malam aku datangin, tapi ternyata gak asik karena di sana banyak orang memadu kasih. Sementara aku cuma melenggang sendirian kayak pendekar. Aku sempatkan mampir lantaran pengen tahu bagaimana suasana Pantai Panjang kalau pagi hari. Pasalnya pantai ini tersohor banget dan sudah lama aku mendengar namanya. Jadi sudah jauh-jauh sampai ke bumi Rafflesia, eman-eman apabila tidak meluangkan waktu singgah ke sana. Selain itu juga mau ngecek, apakah anak-anak yang pacaran tadi malam masih ada atau sudah hilang kesapu ombak. Halah!


Foto Indahnya Pantai Panjang kota Bengkulu
Pantai Panjang Kota Bengkulu

Pantai Panjang pagi itu kondisinya masih cukup sepi. Hanya ada beberapa anak manusia sedang berolahraga lari pagi. Ada juga yang memancing. Testimoni aku sih pantai ini cukup lumayan. Gak jelek tapi juga gak bagus-bagus banget. Bintang empat lah kalau rating dari aku. Apalagi pas di tugu yang bertuliskan nama Pantai Panjang, huruf P dan A-nya hilang -tapi bukan saya loh yang ngambil-. Hasilnya jadi PANTAI NJANG! Ganti nama. Bukan lagi PANTAI PANJANG. Haha lucu banget!

Ketimbang pantai-pantai di Pesisir Barat, Krui, kemarin, pantai Panjang ini jelas kalah menariknya. Pantai-pantai di Krui kemarin terlihat lebih bersih dan alami. Sementara Pantai Panjang ini... Udah ah, dibanding-bandingin itu gak enak!

Tapi uniknya pantai ini emang sesuai banget sama namanya. Bener-bener panjang. Memanjang di sepanjang jalan yang aku lewati di pinggiran kota Bengkulu. Dan panjangnya itu panjang alami dari sononya, bukan karena Mak Erot.

Sebenarnya dari jauh hari sejak merencanakan touring lintas barat Sumatera ini, aku sudah ngelist dua tempat lainnya yang pengen aku samperin di kota Bengkulu ini. Tahu gak apa itu? Yak benar! Benteng Marlborough dan Rumah Pengasingan Bung Karno. Tapi mengingat target tujuan riding hari kedua ini mayan jauh, dan saat itu langitnya juga mendung banget, dengan berat hati aku urungkan niatan singgah di dua destinasi tersebut. Besok aja kalo gak ujan.

Lepas dari kota Bengkulu, perjalanan touring saya melewati jalan-jalan di perkebun kelapa sawit dan pemukiman warga. Jalannya cukup ramai. Banyak mobil pengangkut buah sawit dan batubara berlalu lalang. Dan kira-kira 0,5 jam kemudian, perjalananku kembali melewati jalan-jalan di pinggir pantai lagi! Sempat berhenti di pinggir jalan, yang persis di bawahnya adalah laut dengan ombaknya yang besar, dan pinggiran aspal tidak jauh dari tempat aku duduk, ada bekas abrasi tanah longsor jatuh ke laut.

Aku cek di Google Map, tak ada nama pantai tersebut. Tapi tidak jauh dari situ ada Pantai Tebing Kandang namanya. Di daerah itu, hampir di sepanjang jalan lintasnya emang pantai semua. Jadi kayaknya capek kalau harus diberi nama satu-satu.

Setelah cukup istirahatnya, aku bergegas kembali melanjutkan perjalanan touring. Di langit mendung semakin tebal. Meski banyak yang bilang mendung tak berarti hujan, tapi faktanya setelah saya melewati daerah yang berpantai-pantai tadi, tiba-tiba hujan deras! Eh bukan ding, bukan hujan deras, tapi hujan air. Iya. 

Karena hujan, saya berhenti dong. Lalu pakai jas almamater biar aman. Haha ngawur banget! Jas hujan maksudnya masa jas almamater. Emang mau demo.

Setelah mengenakan jas hujan, dan kira-kira baru 503 meter melanjutkan perjalanan, hujannya berhenti padahal nggak ada manggil. Bahkan kira-kira 1 km kemudian, daerah yang yang saya lewati ternyata tidak hujan setetes pun. Aspalnya kering. Cucian warga sekitar masih tampak melambai-lambai manja bergelantungan di tali jemuran. Akhirnya, aku mandek lagi buat melepas jas hujan.

Tapi emang dasar kampret rusia! Di saat baru sekitar 2 km melanjutkan perjalanan touring, tetiba hujannya turun lagi. Benar-benar mengetes kesabaran! Tapi gimana lagi. Suka tidak suka, daripada badan dan pakaian basah kuyup, aku terpaksa mandek buat pasang jas hujan lagi.

Dan lagi-lagi cerita lama terulang kembali. Di saat sudah melanjutkan perjalanan, hujannya mulai mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Bodo amatlah terserah! Aku pakai aja terus jas hujannya walau cuaca berangsur-angsur berubah cerah.

Tak lama kemudian hujan juga kembali terjun dari langit. Beruntung banget tadi jas hujannya tidak jadi dilucuti. Namun gak lama kemudian juga melewati daerah yang kebagian ujan. Gitu terus beberapa kali berganti-ganti kena hujan dan panas.

Baru kemudian ketika sampai di daerah kecamatan Batik Nau, kabupaten Bengkulu Utara, hujannya benar-benar sudah tiada. Tapi bukan berarti penderitaan sudah berakhir saudara-saudara. Pasalnya, di daerah itu, jalan yang saya lewati benar-benar rusak parah untuk ukuran jalan lintas antar provinsi. Aspalnya sudah terkelupas dan ada banyak lubang-lubang besar. Rider harus hati-hati tidak boleh gegabah. Harus pelan-pelan dalam menjalankan kendaraan. Kenceng dikit aja, badan jadi terhentak-hentak kayak naik kuda binal. Dan itu tidak cuma sebentar, ada kali satu jam saya harus melalui jalan gak bagus tersebut.

Pantai pinggir jalan Lintas Barat Sumatera
Ngopi Dulu Biar Gak Salah Jalan

Aku berhenti di sebuah warung gubuk di tepi pantai. Pesan kopi dan sate ayam buat sarapan pagi yang sudah terlalu kesiangan.  Uniknya di pantai yang berada di desa Serangai, kecamatan Batik Nau itu, ada kapal tongkang batubara yang tengah parkir padahal itu bukan pelabuhan. Dari informasi yang aku dapatkan dari pemilik warung, kapal tersebut tidak bertuan alias tidak jelas siapa pemiliknya. Dan sudah terdampar di sana sejak Agustus 2019. Udah cukup lama juga. Buat teman-teman yang merasa kehilangan kapal tongkang bermuatan batubara di kawasan Samudera Hindia, coba dicek ke sini barangkali itu punya kamu.

Touring Motor Lintas Barat Bengkulu
Kapal Tongkang Tak Bertuan

Habis makan, aku kembali melanjutkan touring. Dan tak lama kemudian memasuki kecamatan Ketahun, yang masih di kawasan Bengkulu Utara. Jalannya kebanyakan melewati tepi pantai, sehingga sambil berkendara bisa memandang laut lepas dan merasakan segernya angin pantai. Banyak pantai yang menghiasi perjalanan road ride saya di area ini. Tapi saya hanya sempat singgah di satu pantai saja, kalau gak salah namanya Pantai Urai.

Di beberapa titik, jalannya persis di tepi laut sehingga ada yang longsor terkena abrasi pantai. Kondisi jalannya juga banyak yang berlubang-lubang, meski tidak separah saat di kecamatan Batik Nau tadi.

Saya baru merasakan jalan yang bagus ketika memasuki kawasan kebun karet dan perkebunan kelapa sawit PTPN VII. Terutama saat melewati perkebunan kelapa sawit PTPN 7, jalannya benar-benar mulus parah nyaingin trek moto GP. Tonton saja di video YouTube solo touring lintas barat Sumatera episode hari ketiga di ZUCKICI CHANNEL, nanti di bagian pertengahan video, akan dipertontonkan bagaimana bagusnya jalan ini. Suasananya juga relatif sepi. Jadi sangat mendukung buat para touring yang mau ngegas sampai mentok. 

Setelah melewati perkebunan PTPN VII, saya berhenti lagi di daerah kecamatan Ipuh. Parkir di sebuah warung, istirahat sambil beli minuman energi, sekalian ngobrol dengan ibu-ibu pemilik warungnya yang ramah banget.

Ketika mau berangkat lagi, dan sudah dalam posisi siap menstarter motor, tiba saya diteriakin oleh si ibu pemilik warung! Kirain saya lupa bayar atau apa. Eh ternyata HP saya ketinggalan! Duh... Untung pemilik warungnya baik banget kayak ibu peri. Apa jadinya jika ponsel saya itu benar-benar ketinggalan dan akhirnya hilang. Banyak data-data penting di sana. Kejadian ini benar-benar membekas di hati saya sampai sekarang.

Tak lama kemudian. Ada satu kejadian yang membekas di hati lagi. Saya hampir menabrak seorang bapak-bapak bermotor matik, yang menyebrang begitu saja tanpa tengok kanan kiri. Dikit lagi, sekitar setengah meter lagi, udah kesambar itu bapak-bapak. Untungnya saat itu aku membawa motor dengan kecepatan sedang-sedang saja. Jadi dalam hitungan detik, motor masih bisa kukendalikan, sehingga tabrakan bisa terhindarkan. Saat itu, si bapak memandang saya dan memohon maaf menyadari kesalahannya.

Pasca dua kejadian mendebarkan di atas, aku jadi hati-hati banget melanjutkan perjalanan. Makin tidak berani lari kenceng-kenceng. Kalaupun gas pol, rem juga pol. Ntaps!

Setelah melewati banyak perkampungan dan kota-kota kecil yang aku tak tau namanya apa, menjelang sore aku sampai di sebuah jalan yang lurus dan bagus sejauh berkilo-kilo. Berada di tepi laut juga. Tapi dibatasi pagar tembok untuk mencegah abrasi.

Foto Motor di Pantai Pandan Wangi Muko-Muko, Bengkulu
Pantai Abrasi Muko-muko

Saya sempat berhenti di satu titik, duduk di tembok abrasi, istirahat sambil menikmati keindahan pantai sore itu. Banyak juga pengendara-pengendara lain yang juga berhenti di sana. Baik motor ataupun mobil. Aku intip di Google Map, tempat itu namanya Pantai Abrasi Mukomuko, tetangganya Pantai Pandan Wangi (PW), dan berada sudah tidak jauh dari kota Muko-muko, Bengkulu. 

Menjelang Maghrib aku baru tiba di perbatasan provinsi Bengkulu dengan Sumbar atau Sumatera Barat. Badan rasanya sudah capek banget. Sekujur lengan pegal-pegal. Kepala rada pusing. Konsentrasi juga sudah mulai menurun. Dengan kondisi seperti itu, kayaknya bahaya kalau aku nekad meneruskan perjalanan.

Tugu Perbatasan provinsi Bengkulu dengan Sumbar
Gapura Perbatasan Bengkulu - Sumbar

Dan akhirnya aku gagalkan sendiri rencanaku untuk finish di kota Painan. Mau bermalam saja di daerah perbatasan tersebut. Sayangnya jam segitu belum ada emperan toko yang kosong. Akhirnya aku cari penginapan lewat aplikasi.

Sayang seribu sayang, di daerah itu tidak ada satu penginapan pun yang terdeteksi di dua aplikasi booking hotel yang ada di hapeku. Gak kehabisan akal, aku coba search di Google Map. Alhamdulillah ketemu beberapa. Itu pun adanya di kota Tapan, yang sudah berada di provinsi Sumbar, tepatnya di kabupaten Pesisir Selatan. Aku memilih salah satu penginapan yang banyak memperoleh review bagus oleh para Local Guide. Namanya penginapan Pasta, yang terletak di ujung kota Tapan.

Dari tugu perbatasan ke kota Tapan tersebut, masih sekitar setengah jam lagi. Jalan menuju ke sana banyak yang tidak tampan alias jelek! Saat itu ada yang juga yang masih dalam tahap perbaikan. Lalu lintasnya juga cukup ramai. Ditambah stamina sudah tidak terlalu fit, sehingga tidak bisa maksimal melarikan kendaraan.

Pasca Maghrib aku baru tiba penginapan Pasta yang berada di kota kecil Tapan. Harga yang diberikan awalnya 150k, namun setelah sedikit negosiasi, akhirnya dapat harga 120k. Mayan dapat cashback 30 ribu dari harga 150 ribu yang aku bayarkan. Dengan fasilitas kamar mandi bersih, tidur di lantai tapi disediakan kasur tebal dan bantal, serta kipas angin. Meski fasilitasnya tak selengkap hotel, tapi sangat nyaman.

Pemiliknya juga ramah. Banyak ngobrol bertukar pikiran dan pengalaman. Ada kantinnya juga dengan harga terjangkau. Cocok banget buat aku yang kala itu udah sangat letih dan lesu, jadi gak perlu lagi keluar untuk beli makanan. Dan akhirnya, habis madang aku langsung tertidur dengan lelap akibat kelelahan.

Berikut aku sajikan video perjalanan touring lintas barat Sumatera hari ketiga. Silahkan ditonton jika berkenan.


Secara keseluruhan, road trip edisi hari ketiga ini tak kalah menyenangkan dengan dua hari sebelumnya. Banyak melewati destinasi-destinasi bagus. Tapi memang untuk kondisi jalan, tidak semenyenangkan hari pertama dan kedua. Beberapa kali melewati daerah yang jalannya rusak akibat pergaulan bebas.

Selanjutnya: Solo Touring Yamaha R15 Jalur Lintas Barat Sumatera Hari Ke-4, Parkir di Kota Padang

Belum lagi kejadian handphone nyaris ketinggalan, dikit lagi hampir nabrak orang, dan ditambah lagi dengan kegagalan finish di kota tujuan. Semua itu akan menjadi cerita dan pengalaman yang tak terlupakan dalam touring hari ketiga ini. Dan untuk touring episode hari keempat, akan kutulis di artikel selanjutnya. Baik, terima kasih sudah membaca artikel ini di dalam hati. Dan, salam satu aspal!

Posting Komentar untuk "Touring Sendirian Pakai Motor Jalur Lintas Barat Sumatera Hari Ke-3, Gagal Sampai Tujuan!"