Widget HTML #1

Zuck Linn #21: Hampir Saja Ketahuan

Zuck Linn


#21 Hampir Saja Ketahuan

Akhirnya, tanpa sepengetahuan masyarakat luas, Zuck dan Linn sudah jadian. Bagi Linn, ini adalah kisah cintanya yang paling lucu dan membahagiakan. Zuck malah lebih bahagia dari itu. Dengan pacaran sembunyi-sembunyi, ia sudah seperti peribahasa sekali tepuk dua pulau terlampaui, bisa memiliki Linn sekaligus bisa tetap bersama Gebrack.

Dan malam itu sehabis keliling-keliling pakai RX King, Linn mengajak Zuck singgah ke sebuah restoran cepat saji cabang dari Amerika. Karena sudah jadian, Linn ingin mentraktir Zuck makan-makan.

Sejuk dan harumnya ruangan membuat perut mereka bertambah lapar begitu memasuki restoran. Tapi sejuknya memang kebangetan, serasa diterpa angin kencang pasca mandi air hangat. Beruntung bagi Zuck, malam itu ia mengenakan kupluk sehingga dinginnya tidak terlalu terasa.

"Dingin banget ya?" keluh Linn menggosok-gosok lengannya. Ia baru saja memesan makanan.

"Mau kupluk nggak?" tanya Zuck.

"Mau, Mas. Mau, mau," senyum manis Linn langsung mekar, menghiasi jawaban atas tawaran kekasih tersayangnya itu. Ia tampak kesenengan, seperti anak kecil yang akan dibelikan mainan baru.

Alinna Bilqis Quinova

Zuck melepas kupluknya, lalu bersiap memasangkannya ke kepala Linn.

"Lho, kok beginian sih, Mas?" Linn memandang Zuck tak mengerti.

"Lho, emangnya kenapa?" Zuck memandang Linn lebih tak mengerti.

"Tadi kan Mas bilangnya 'mau kupeluk nggak?' Gitu?" tanya Linn dengan muka dipolos-polosin.

Sesaat Zuck mencelos, sebelum akhirnya melengos menyembunyikan wajahnya yang hampir tergelak. Ditepuknya lembut kening Linn dua kali. "Kupluk, Sayang. Kupluk! Hadeh... Nggak usah pura-pura koplok!"

Linn tertawa sambil membekap mulut. Andai bukan di tempat umum, ia pasti sudah tertawa terbahak-bahak.

Sementara Zuck dengan sabar dan penuh kasih sayang, melanjutkan memasang kupluknya ke kepala Linn. Lalu tersenyum ketika selesai. "Kamu lucu kalau pakai kupluk, kayak Afika...

"Benua Afrika?!"

"Terserah. Bebas! Aku lagi dapet, males tengkar."

Linn kembali tertawa. Ia selalu gagal menahan tawa setiap kali berhasil membuat Zuck kesal.

"Aku emang sering mendadak bolot kalau sama kamu..."

"Kok malah aku yang salah?"

Linn mengangkat bahu, sambil menyelesaikan sisa tawanya. "Seandainya aku koma, trus cuma dengan Mas bisikin 'ayo dong siuman'. Aku pasti langsung sadar."

Zuck diam. Dalam hati menebak-nebak arah tujuan perkataan Linn.

"Soalnya aku dengarnya 'ayo dong ciuman'. Muahaha...

"Kan? Dasar anakan staples!" caci Zuck sambil tertawa kesal. Dan dengan gemas menarik kupluk di kepala Linn hingga ke bawah, membuat seluruh kepala Linn terbenam di dalam kupluk.

Sambil terus tertawa, Linn membuka kembali kupluk yang menutupi wajahnya itu. Saat proses pembukaan melewati mata, tawanya spontan terhenti, ekspresi wajahnya berubah ketakutan.

"Ada apa, Beb?" tanya Zuck keheranan melihat cepatnya perubahan wajah Linn.

"Ada Yonah, Mas. Aduh... Harus sembunyi di mana ini? Ke toilet apa ke dalam lesung pipi?" Linn panik sekali. Lalu tanpa pikir panjang, dia berjalan mengendap-ngendap ke kamar mandi restoran.

Zuck menengok ke belakang. Linn benar, ada Yonah dan Dewik yang sudah memasuki restoran. Cepat-cepat Zuck mengembalikan wajah ke arah semula. Tapi terlambat, Yonah sudah terlanjur memergokinya.

"Mas Zuck?" sapa Yonah.

"Iya saya sendiri," Zuck berusaha tenang.

"Sama siapa?"

"Sendiri."

Pelayan datang ke meja Zuck membawakan makanan yang tadi sudah dipesan Linn.

"Kok porsinya dua?" selidik Yonah melihat pelayan meletakkan makanan untuk dua orang.

Zuck tak berkutik. "Maksudnya tadi berangkatnya sendiri. Terus di sini nggak sengaja ketemu kenalan lama. Yaudah aku traktir aja dia. Mumpung banyak duit kan?"

Yonah manggut-manggut tapi tak percaya. "Terus sekarang mana temannya?"

"Ngapain sih nanya-nanya terus? Bisa jawab juga nggak ada hadiahnya."

Yonah menghela napas. Ia memilih mengalah dan tak ingin kepo lebih jauh lagi.

"Yonah kamu pesen makanannya. Aku ke toilet bentar," kata Dewik.

Zuck kelabakan. "Eh, Wik, tunggu!"

"Ada apa, Mas?"

"Gimana kalau aku cariin batu kecil buat kamu, trus kamu kantongin, ntar pasti kebeletnya sirna?" kata Zuck berupaya menawarkan bantuan.

"Nggak usah repot-repot, Mas. Terima kasih," tolak Dewik halus, kemudian beranjak ke toilet.
Gawat! Zuck yang semakin kelabakan, segera kirim pesan WA kepada Linn, memberitahu bahwa Dewik sedang ke arah toilet.

"Kayak ada yang aneh," gumam Yonah curiga.

"Udah sana kembali ke tempat masing-masing," Zuck mengibaskan tangan, mengusir tampan adiknya.



Yonah ngeloyor pergi mencari tempat tak jauh dari Zuck. Tak beberapa lama, Dewik sudah kembali lagi dengan wajah biasa-biasa saja. Melihat itu Zuck merasa plong banget. Itu berarti selama di toilet tadi, Dewik dan Linn tidak saling bertemu.

'Sayang gimana keadaan kamu?' Zuck bertanya via pesan WA.

'Aku selamat, Mas. Tapi aku pulang duluan naik taxi. Takut banget ketemu mereka.'

Zuck tergagap. Mungkin karena chemistry di antara keduanya sudah sangat kuat, tiba-tiba Zuck juga merasakan takut banget seperti yang Linn rasakan. Ia takut banget memikirkan siapa yang bertanggung jawab membayar makanan ini? Tadi kan Linn yang mau traktir?! Kok malah pulang duluan? Sementara Zuck sendiri tidak ada uang. Dompetnya ketinggalan di rumah gara-gara tadi tidak dibawa.

Di dalam ketakutan itu, Zuck menoleh ke arah Yonah yang kebetulan juga sedang melihatnya. Zuck mengangguk dan tersenyum manis. Yonah tidak menggubris. Zuck bangkit mendekati Yonah dengan langkah digagah-gagahin.

"Mm... Yonah. Kamu tau nggak, kalau kedatanganku ke sini adalah mau pinjem duit kamu?"

--~=00=~--

1 komentar untuk "Zuck Linn #21: Hampir Saja Ketahuan"

Comment Author Avatar
Hahahaha memang ribet yaaa kalau hubungan mesti di umpet-umpetin kayak gituuu. Buka-bukaan aja atuh mas zuck dan mbak lin, tak perlu sungkan. Kan nanti kalau mau menikah kudu undang siapa dong? Wong pacarane ngumpat-ngumpat ya ora ono tamu yang datang, yoo syedihhh huehehe.
willynana.blogspot.com

Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.